Jakarta, Kabarxxi.com – Di tengah pesatnya perkembangan media sosial yang kerap dipenuhi konten hiburan semata, sosok Ferry Irwandi hadir membawa warna berbeda dalam lanskap digital Indonesia. Dengan keberaniannya mengangkat isu-isu kritis, komitmennya pada konten edukatif, dan visinya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas, Ferry Irwandi telah menjadi salah satu konten kreator yang menginspirasi perubahan cara berpikir generasi muda Indonesia.
Latar Belakang dan Perjalanan Pendidikan
Lahir di Jambi pada tahun 1980, Ferry Irwandi tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menghargai pendidikan. Ayahnya adalah seorang dosen, sementara ibunya juga bekerja, memberikan Ferry akses pendidikan yang baik sejak dini. Ia mengakui privilege yang dimilikinya ini, dan kemudian menjadikannya sebagai landasan untuk membagikan pengetahuan kepada audiens yang lebih luas.
Perjalanan akademiknya membawanya ke Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), sebuah institusi pendidikan yang dikenal melahirkan birokrat-birokrat handal di Indonesia. Meskipun menempuh pendidikan di bidang akuntansi, minatnya terhadap seni dan kreativitas sudah tumbuh sejak ia duduk di bangku SMP. Minat ini terus berkembang hingga ke jenjang perguruan tinggi, di mana ia aktif bergabung dengan klub teater dan grup film bernama SCENE.
Kombinasi unik antara latar belakang pendidikan formal di bidang akuntansi dan kecintaannya pada dunia seni menjadi fondasi yang kuat bagi Ferry dalam mengembangkan konten-konten edukatif yang disajikan dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan.
Dari PNS hingga Konten Kreator Berpengaruh
Awal karier Ferry Irwandi dimulai sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Keuangan dengan posisi sebagai videografer. Pengalaman ini memberinya pemahaman mendalam tentang birokrasi Indonesia dan sistem keuangan negara, pengetahuan yang kemudian sangat berguna dalam mengembangkan konten-konten edukatifnya.
Setelah hampir satu dekade berkarier sebagai PNS, Ferry memutuskan untuk mengambil langkah berani dengan mengundurkan diri dari posisinya yang stabil untuk fokus sepenuhnya sebagai konten kreator. Keputusan ini diambil setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada November 2022, menandai titik balik dalam perjalanan kariernya.
Meskipun keputusan tersebut mungkin terlihat berisiko bagi kebanyakan orang, namun bagi Ferry, ini adalah manifestasi dari komitmennya untuk memberikan dampak yang lebih besar melalui platform digital. Keputusan ini terbukti tepat, karena sejak saat itu, pengaruhnyadalam membentuk opini publik dan mendidik masyarakat melalui konten digital semakin meluas.
Ferry sebenarnya telah aktif di YouTube sejak tahun 2010, namun namanya mulai dikenal secara luas setelah tampil dalam podcast “Close The Door” milik Deddy Corbuzier pada April 2022. Sejak saat itu, kanal YouTube-nya berafiliasi dengan program tersebut, yang semakin meningkatkan jangkauannya. Hingga Oktober 2024, kanal YouTube Ferry telah mengumpulkan 1,14 juta subscriber dengan total lebih dari 90 juta tayangan.
Yang membedakan Ferry Irwandi dari kebanyakan konten kreator lainnya adalah keberaniannya untuk mengangkat topik-topik yang seringkali dihindari atau tidak populer, namun memiliki dampak signifikan bagi masyarakat. Spektrum kontennya sangat luas, mencakup politik, edukasi keuangan, stoikisme, kritik sosial, hingga pembahasan tentang praktik bisnis ilegal seperti judi online.
Ferry dikenal karena ketajaman analisisnya dan keberaniannya untuk mengkritisi fenomena sosial, termasuk perilaku influencer yang dianggapnya merugikan masyarakat. Ia tidak segan mengkritik praktik giveaway palsu, klaim pendapatan yang tidak transparan, hingga promosi judi online yang dilakukan oleh sejumlah public figure.
Salah satu video yang membuat namanya semakin dikenal adalah kritiknya terhadap influencer Willie Salim terkait praktik giveaway dan klaim penghasilan. Video tersebut telah ditonton lebih dari 3,2 juta kali per Oktober 2024, menunjukkan bahwa ada kebutuhan dan apresiasi dari publik terhadap konten-konten yang membongkar praktik-praktik menyimpang di dunia digital.
Selain itu, Ferry juga aktif mengangkat isu-isu sosial yang lebih besar, seperti ketika ia melaporkan seorang influencer bernama Katak Bhizer alias Natta Eko Stevanus atas keterlibatannya dalam promosi judi online di media sosial. Tindakan ini menunjukkan komitmennya tidak hanya berhenti pada kritik verbal, tetapi juga ditindaklanjuti dengan aksi nyata untuk melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang merugikan.
Malaka Project: Platform untuk Indonesia yang Lebih Cerdas
Salah satu aspek menarik dari Ferry Irwandi adalah penerapan prinsip-prinsip stoikisme dalam hidupnya dan konten-kontennya. Ia telah mempelajari dan menerapkan filosofi ini sejak 2017, yang membantunya menemukan kedamaian dan ketenangan dalam menghadapi berbagai situasi.
Stoikisme, sebagai cara hidup yang menekankan dimensi internal manusia, tampaknya sangat memengaruhi pendekatan Ferry dalam menghadapi kritik, kontroversi, dan tantangan yang muncul sebagai konsekuensi dari konten-kontennya yang seringkali berani dan kontroversial. Prinsip-prinsip stoikisme seperti fokus pada hal-hal yang dapat dikontrol, penerimaan terhadap realitas, dan kultivasi kebajikan internal terlihat dalam caranya merespons situasi-situasi sulit.
Pendekatan stoik ini juga terlihat dalam tantangan yang ia berikan kepada para dukun atau orang yang mengklaim memiliki kemampuan mistis untuk menyantetnya. Alih-alih takut dengan ancaman santet, Ferry justru menantang mereka dengan menjanjikan hadiah mobil Alphard jika berhasil menyantetnya. Sikap ini mencerminkan prinsip stoikisme yang menekankan pada rasionalitas dan fokus pada hal-hal yang dapat dibuktikan secara empiris.
Puncak dari komitmen Ferry terhadap edukasi publik terlihat dalam inisiatifnya memulai Malaka Project. Diluncurkan pada 20 Oktober 2023 di Djakarta Theater, proyek ini merupakan kolaborasi dengan sejumlah influencer terkemuka seperti Jerome Polin, Coki Pardede, Fathia Izzati, Rizky Ardiprakoso, Cania Citta, Aurelia Vizal, Angellie Nabilla, dan Dea Anugrah.
Tujuan utama dari Malaka Project adalah memberikan kemudahan akses pendidikan di Indonesia sehingga membentuk masyarakat baru yang cerdas, kritis, dan empatik. Ferry dan tim percaya bahwa anak muda memiliki peran penting dalam perjalanan menuju Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Inisiatif ini sejalan dengan visi jangka panjang untuk mempersiapkan generasi muda yang tidak hanya melek teknologi tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis dan empati sosial. Dalam era di mana informasi tersedia melimpah namun sering kali tidak terverifikasi, kemampuan untuk memilah, menganalisis, dan merespons informasi secara kritis menjadi semakin penting.
Malaka Project menjadi platform untuk mengkatalisasi perubahan ini, memfasilitasi transfer pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi generasi muda untuk menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat. Di tengah maraknya konten-konten yang mengutamakan hiburan semata, inisiatif ini hadir sebagai angin segar yang mengintegrasikan hiburan dengan edukasi substantif.
Sebagai konten kreator yang juga kritis terhadap ekosistem digital itu sendiri, Ferry Irwandi berada dalam posisi unik untuk mendorong perubahan dari dalam. Ia menggunakan platform yang sama dengan para influencer yang ia kritik, namun dengan pendekatan dan nilai yang berbeda.
Ferry menunjukkan bahwa konten digital tidak harus selalu berkaitan dengan gaya hidup mewah, hiburan ringan, atau promosi produk. Konten dapat menjadi medium untuk edukasi, kritik sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Ia membuktikan bahwa ada pasar untuk konten-konten substantif yang mendorong pemikiran kritis dan diskusi konstruktif.
Pendekatan Ferry dalam mengkritisi praktik-praktik negatif di dunia digital juga memberi contoh bagaimana kritik dapat disampaikan secara konstruktif dan berbasis data. Alih-alih sekadar mengutuk, ia menyajikan analisis, bukti, dan argumen yang membantu audiens memahami mengapa suatu praktik problematik dan apa dampaknya bagi masyarakat.
Lebih dari sekadar mengkritik, Ferry juga menawarkan alternatif melalui konten-kontennya dan inisiatif seperti Malaka Project. Ini menunjukkan bahwa kritik efektif tidak berhenti pada identifikasi masalah, tetapi juga mencakup penawaran solusi dan alternatif yang lebih baik.
Relevansi dalam Konteks Digital Indonesia
Kiprah Ferry Irwandi dan nilai-nilai yang ia tunjukkan sangat relevan dalam konteks digital Indonesia saat ini. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial, Indonesia menghadapi tantangan dalam meningkatkan literasi digital masyarakatnya.
Data menunjukkan bahwa tingkat literasi digital Indonesia masih berada di angka 62%, jauh di bawah Korea (97%) dan rata-rata negara ASEAN (70%). Ini mengindikasikan adanya kebutuhan untuk meningkatkan tidak hanya akses terhadap teknologi digital, tetapi juga kemampuan untuk memanfaatkannya secara kritis dan produktif.
Di sisi lain, data juga menunjukkan bahwa anak muda merupakan kelompok yang paling aktif menggunakan internet. Hal ini menandakan potensi besar generasi muda sebagai penggerak perubahan sosial melalui dunia digital. Konten-konten Ferry Irwandi dan inisiatif seperti Malaka Project hadir sebagai katalis untuk mengoptimalkan potensi ini, membimbing generasi muda untuk memanfaatkan teknologi digital tidak hanya untuk konsumsi informasi, tetapi juga untuk produktivitas dan kontribusi positif bagi masyarakat.
Dalam konteks maraknya hoaks dan disinformasi, pendekatan Ferry yang menekankan pada pemikiran kritis dan verifikasi fakta juga sangat dibutuhkan. Ia menawarkan model bagaimana masyarakat, terutama generasi muda, dapat memilah informasi yang valid dan bermanfaat dari lautan informasi yang tersedia di era digital.
Sebagai konten kreator yang kerap mengangkat isu-isu sensitif dan mengkritisi praktik-praktik yang memiliki kepentingan bisnis besar di baliknya, Ferry Irwandi tentu menghadapi berbagai tantangan dan tekanan.
Salah satu contoh nyata adalah ketika ia dikaitkan dengan isu mistis terkait hilangnya pendaki bernama Naomi di Gunung Slamet. Ketika Ferry mengkritisi pendapat warganet yang menghubungkan hilangnya Naomi dengan masalah mistis, ia justru mendapat ancaman akan disantet. Alih-alih mundur, Ferry justru menantang mereka yang mengklaim memiliki kemampuan mistis untuk menyantetnya, bahkan menjanjikan hadiah mobil Alphard jika berhasil.
Sikap ini menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi tekanan dan teguh pada prinsip rasionalitas dan pemikiran kritis. Alih-alih diintimidasi oleh ancaman, ia justru menjadikannya sebagai momentum untuk edukasi publik tentang pentingnya berpikir rasional dan berbasis bukti.
Tantangan lain yang dihadapi Ferry adalah ketika ia terlibat perseteruan dengan juri Masterchef Indonesia, Arnold Poernomo. Dalam perseteruan tersebut, Ferry tidak hanya mengkritik mengenai kontroversi seputar diskualifikasi peserta di kontes memasak tersebut, tetapi juga menyinggung bisnis NFT Arnold yang pernah dianggap merugikan banyak orang. Ini menunjukkan konsistensinya dalam mengkritisi praktik-praktik yang ia anggap merugikan masyarakat, bahkan ketika harus berhadapan dengan figur publik yang memiliki banyak penggemar.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan tekanan, Ferry tetap konsisten dalam menghasilkan konten-konten edukatif dan kritis. Komitmennya pada nilai-nilai kebenaran, transparansi, dan edukasi publik membuat audiens melihat kredibilitas dan integritasnya di tengah lanskap digital yang sering kali dipenuhi dengan konten yang hanya mengejar popularitas semata.
Tantangan Pemuda di Masa Mendatang
Pendekatan Ferry Irwandi dalam membuat konten edukatif yang dikemas dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami telah berhasil menjangkau generasi muda Indonesia. Ia membuktikan bahwa konten substansial tidak harus membosankan atau sulit diakses.
Melalui konten-kontennya, Ferry telah menginspirasi banyak anak muda untuk mulai berpikir kritis tentang informasi yang mereka konsumsi sehari-hari. Ia mendorong mereka untuk tidak sekadar menjadi konsumen pasif, tetapi aktif mempertanyakan, meneliti, dan membentuk pendapat mereka sendiri berdasarkan fakta dan logika.
Lebih dari itu, melalui Malaka Project, Ferry dan kolaboratornya secara aktif membangun komunitas anak muda yang menghargai pengetahuan, pemikiran kritis, dan empati sosial. Inisiatif ini menjadi platform bagi generasi muda untuk bertumbuh tidak hanya secara intelektual, tetapi juga dalam hal karakter dan kepedulian sosial.
Dalam konteks persiapan menghadapi bonus demografi pada tahun 2045, di mana 70% penduduk Indonesia akan berada dalam usia produktif, peran Ferry dalam membentuk pola pikir dan karakter generasi muda menjadi sangat strategis. Dengan membekali mereka dengan kemampuan berpikir kritis, analisis, dan empati, ia berkontribusi pada pembentukan generasi yang tidak hanya produktif secara ekonomi, tetapi juga bijak dalam menghadapi kompleksitas dunia modern.
Ferry Irwandi telah menunjukkan bahwa konten digital dapat menjadi lebih dari sekadar hiburan atau alat pemasaran. Konten dapat menjadi medium untuk edukasi, kritik sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Ia membuktikan bahwa ada ruang dan apresiasi untuk konten-konten substansial yang mendorong pemikiran kritis dan diskusi konstruktif.
Di tengah transformasi digital yang terus berlangsung, figur seperti Ferry menjadi penting sebagai role model yang menunjukkan bahwa teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Ia menginspirasi generasi muda untuk memanfaatkan akses digital mereka tidak hanya untuk konsumsi, tetapi juga untuk kreasi dan kontribusi.
Nilai-nilai yang ia tunjukkan—keberanian untuk berpikir kritis, integritas dalam menghadapi tekanan, keseimbangan antara pengetahuan dan aksi, penggunaan platform digital untuk kebaikan, dan pengembangan diri berkelanjutan—menjadi panduan penting bagi siapa pun yang ingin memberikan dampak positif di era digital.
Dengan terus mengembangkan konten-konten edukatif dan inisiatif seperti Malaka Project, Ferry Irwandi tidak hanya berkontribusi pada peningkatan literasi digital dan pemberdayaan generasi muda saat ini, tetapi juga meletakkan fondasi bagi Indonesia yang lebih cerdas, kritis, dan empati di masa depan.






