KEDIRI, KabarXXI.Com – Viral di media sosial video yang memperlihatkan ratusan Santri Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur (Jatim), ikut membantu pengecoran gedung bertingkat.
Dalam unggahan vidoe itu tertulis “Santri Lirboyo Ngecor” dan memperlihatkan suasana gotong royong dalam pembangunan fasilitas baru pesantren.
Video itu menuai beragam tanggapan dari masyarakat. Sebagian warganet mempertanyakan keterlibatan santri dalam pekerjaan fisik, sementara yang lain mengapresiasi semangat kebersamaan di lingkungan pesantren.
Salah satu pengasuh Ponpes Lirboyo, KH Abdul Mu’id Shohib membenarkan bahwa pesantren sedang melakukan pembangunan beberapa fasilitas baru. Fasilitas tersebut dibutuhkan untuk menampung jumlah santri yang terus bertambah, serta untuk keperluan ruang kelas dan balai tamu.
“Pembangunan di Pesantren Lirboyo memang kita tangani secara mandiri. Meski demikian, kita juga melibatkan pihak-pihak profesional,” ujar KH Abdul Mu’id Shohib kepada wartawan, Jumat, 03 Oktober 2025
Dia menjelaskan, keterlibatan Santri dalam proyek ini bersifat sukarela dan hanya untuk membantu para tukang dalam pekerjaan non-fundamental.
“Keterlibatan para Santri memang besar, bagian dari ladang amal jariyah,” ujar pria yang akrab disapa Gus Oing itu.
Hal senada disampaikan Gus Muid dalam klarifikasi tambahan. Menurutnya, para Santri tidak menjadi tenaga utama, melainkan hanya membantu sebagai bentuk pengabdian.
“Keterlibatan santri tidak dominan. Mereka hanya membantu tukang, dan niat mereka semata-mata sebagai ladang amal jariyah,” ujarnya.
Gus Oing memastikan, pembangunan di lingkungan pesantren tetap dilakukan dengan prinsip profesionalitas.
“Untuk hal-hal yang sangat fundamental itu kita melibatkan profesional. Desain kita dari insinyur yang bersertifikat,” ujarnya.
Menurutnya, pelibatan para ahli meliputi pekerjaan-pekerjaan krusial seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan proyek.
“Untuk hal-hal krusial seperti desain, pelaksanaan, dan pengawasan, kami bekerja sama dengan pihak yang memiliki keahlian dan sertifikasi resmi,” ujar Gus Muid.
Dia menegaskan, setiap tahap pembangunan dikawal oleh tenaga ahli agar sesuai dengan standar keselamatan konstruksi. Proyek ini diharapkan menghasilkan bangunan yang kuat dan aman digunakan oleh ribuan santri.
Gus Oing juga menyampaikan empati dan belasungkawa atas musibah ambruknya bangunan di Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo.
Ia mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam membangun fasilitas pendidikan.
“Ada hikmah bahwa saat membangun secara internal, harus mengedepankan hal-hal yang prinsip, termasuk konstruksinya demi keamanan santri,” ujarnya.
Gus Muid menambahkan, peristiwa tersebut menjadi pelajaran berharga agar setiap pesantren lebih memperhatikan aspek keselamatan dan kualitas bangunan sejak tahap perencanaan.
“Kejadian di Ponpes Al Khoziny memberi pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa pembangunan pesantren harus mengutamakan aspek keselamatan sejak tahap perencanaan hingga konstruksi,” pungkasnya.
Pihak Ponpes Lirboyo berharap masyarakat tidak salah paham dengan video yang beredar. Semangat gotong royong para santri dianggap sebagai bentuk rasa memiliki terhadap pesantren.
“Santri ikut serta bukan karena terpaksa, tapi karena merasa memiliki pesantren ini. Apa yang mereka lakukan kami yakini akan menjadi amal kebaikan yang terus mengalir,” ujar Gus Muid. (*/red)