JAKARTA, KabarXXI.Com – Perupa asal Bali, I Ketut Adi Candra menggelar pameran tunggalnya yang ke-7 di Balai Budaya, Jakarta mulai 7 April 2023.
Sebuah pameran yang Ia siapkan dalam kurun beberapa tahun terakhir, di masa pandemi masih begitu dahsyat efeknya dalam berbagai lini kehidupan, bukan saja di Indonesia tapi seluruh dunia.
Pameran tunggal ini tentu sangat penting dalam perjalanan berkesenian bagi dirinya yang terlahir dari keluarga sederhana.
Sejak dari kecil Ia sudah mengenal dan berkecimpung di dunia seni di tanah kelahirannya di Pulau Dewata yang sohor dengan keindahan alam serta budaya, adat istiadat kuat mengakar kedalam tiap sendi-sendi kehidupan.
“Seni budaya berjalan beriring indah dengan kegiatan keagamaan, juga tetap menjaga dan memelihara semua yang diajarkan para leluhurnya secara turun-temurun. Pameran tunggal dengan tema ‘TANTRA’ ini menampilkan karya-karya mutakhir dari perupa yang sangat aktif melakukan berbagai kegiatan spiritualnya sejak belasan tahun lalu,” ucap I Ketut Adi Candra, Jum’at siang, 07 April 2023.
Karya-karya yang ditampilkan bukan hanya mengeksplorasi keindahan secara visual belaka, lukisan-lukisannya juga merupakan ungkapan kepekaan rasa, pergulatan batin, perjalanan spiritual, juga ungkapan rasa syukur serta pengormatan tinggi kepada Ibu Semesta.
Dalam beberapa catatannya Merwan Yusuf selaku kurator pameran menyebutkan, bahwa karya-karya Ketut Adi Candra dibangun oleh beberapa unsur yang paling kental, yaitu proses perjalanan pribadinya semenjak kecil hingga dewasa, dan sebagai kepala keluarga rumah tangga, seniman sekaligus Pemangku.
Dari berbagai proses panjang pembentukan dirinya, Ketut Adi Candra berupaya mengenyampingkan sikap ego yang berlebihan, namun tetap menjaga sikap kritis, serta kesediaan melayani untuk sesama.
Dengan kesadaran seperti itulah Ia meyakini telah memberi makna dalam menjalankan hidup ini buat dirinya dan orang lain.
“Hasil pendalaman serta perenungan pelukis dinyatakannya dengan TRI HIPTA, sebagai acuan melukis, yaitu harmoni dan keseimbangan. Maka kita akan membaca, kemudian bagaimana lukisan itu tidak hanya semata-mata lukisan, karena lukisan itu alat untuk memindahkan kekuatan Spiritualitas dan Magis yang tidak bisa dilihat di karya visual tersebut,” tambahnya.
Beberapa proses yang luar biasa dan perjalanan-perjalanan Adi Candra ini dimulai dari penerapan, pembelajaran, pemaknaan, proses kritis, orientasi dan pemilihan serta penceburan total pematangan itulah Ia tidak ragu dalam bersikap, tidak ragu dalam menentukan pilihan dengan hadirnya Rehipta, dan kemudian dengan tema “TANTRA” itu adalah berkat kematangan visual maupun spiritualitas, sehingga ada nilai-nilai, bagaimana Mantra, Tantra dihadirkan dalam puisi, dan bagaimana Mantra dihadirkan dalam visualisasi seperti yang diterjemahkan oleh karya-karya Ketut Adi Candra.
Pecinta seni kenamaan Dr. Melani Setiawan dalam sambutannya menyebut, bahwa Bali dikenal sebagai Pulau Dewata, pulau yang memiliki banyak kerajaan-kerajaan kecil serta kental dengan cerita dunia khayangan.
Budaya dan religi bersatu padu dengan nilai sosial, sehingga tak heran banyak ornament tradisi yang menghiasi setiap sudut-sudut kota atau desa di Bali.
“Hal demikian tentu memberi warna dan inspirasi bagi masyarakat Bali. Seperti pada karya Ketut Adi Candra yang padat dan hangat dengan olahan warna yang dikomposisikan secara artistik sekaligus kontemplatif. Kesadaran akan nilai magis yang disapukan kombinatif antara ekspresi spontan dan ritme yang tenang, serta perenungan Tantra , diharapkan mampu memberi keseimbangan hidup yang penuh gejolak,” tuturnya.
Sementara itu, perupa William Robert yang juga pegiat seni dari BOSEN 2020 menyambut antusias pameran tunggal ini. Apa yang dihadirkan oleh Ketut Adi Candra tersebut diharapkan ikut mendorong maraknya berbagai kegiatan seni rupa akhir-akhir ini di Jakarta khususnya, dan Indonesia pada umumnya.
“Hadir dengan tema Tantra di era berkembang pesatnya seni rupa kontomporer, ternyata perupa satu ini masih bisa memberikan tawaran kekhasan tersendiri melalui karyanya. Terutama dimana saat ini kejutan-kejutan visual begitu luar biasa dengan meniscayakan bahwa senirupa bisa hadir dengan media apa saja, kejutan-kejutan yang begitu sangat bervariasi di era digital,” ucap William Robert.
Tapi di sisi lain, Ketut Adi Candra tampil dengan tidak hanya bermodalkan kekuatan visual belaka, karyanya mampu menghadirkan jiwa serta muatan spiritual yang memang empirik dalam perjalanan seni serta kehidupannya saat ini.
“Kanvasnya pun kini makin besar tak terbatas, sebesar jiwanya, seluas kehidupan. Seni Ia persembahkan sebagai bentuk penghormatan nyata kepada semesta dan Tuhan yang telah memberkati dirinya mencapai usia 50 tahun saat ini, yang semoga akan semakin banyak memberi arti dalam perjalanan berikutnya,” cetusnya.
Sebagai pelukis, Ketut Adi Candra sudah dapat dikatakan mapan dan fokus pada orientasinya. Ia telah berkarya sejak 25 tahun lalu, dan aktif berpameran baik bersama ataupun tunggal.
Hal ini tentu sebagai salah satu tanggung jawab personal kepada dunia seni rupa yang Ia pilih sebagai profesi juga panggilan jiwa.
Pelukis yang bermukim di daerah Sukawati, Gianyar ini sebelumnya telah menggelar enam kali pameran tunggal, juga puluhan kali berpameran bersama di dalam dan luar negeri, di antaranya Jakarta, Bali, Semarang, Yogyakarta, Madiun, Australia, Denmark dan lain-lain.
Tercatat Ia pun pernah menjadi finalis kompetisi seni lukis Nasional, Phillip Morris Art Award. Pameran tunggal Ketut Adi Candra ini sendiri akan berlangsung hingga tanggal 15 April 2023. (*/red)