Gelar Penyusunan Kajian Peta Rawan Sanitasi Bappedalitbang Kabupaten Bogor Dukung Studi Environmental Health Risk Assestment (EHRA)
Bogor, Kabarxxi.com – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Bogor berikan atensi serius dengan kondisi sanitasi lingkungan di Kabupaten Bogor.
Atensi tersebut diwujudkan dengan adanya kegiatan Penyusunan Kajian Peta Rawan Sanitasi sebagai bagian dari Studi Environmental Health Risk Assestment (EHRA) atau Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan dan Strategi Sanitasi Kabupaten.
Kegiatan tersebut berlangsung selama 3 (tiga) hari, dari Tanggal 28 sampai dengan 30 Agustus 2023, bertempat di Rizen Premiere Hotel, Jalan Raya Puncak, Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.
Acara dibuka oleh Kepala Bidang Insfratruktur dan Pengembangan Wilayah (IPW) Bappedalitbang Kabupaten Bogor, dan dihadiri oleh perwakilan dari Bappeda Propinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Prop. Jabar, Dinas Kesehatan Kab. Bogor, Dinas PUPR Kab. Bogor, Bagian Adminstrasi Pembangunan pada Setda Kab. Bogor, Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia pada Bappedalitbang kab. Bogor, perwakilan 30 kecamatan, dan 41 puskesmas se Kab. Bogor, dengan narasumber diantaranya dari Direktur Indonesia Urban Water Resilience, Water Sanitation and Hygiene (IUWASH TANGGUH), Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, Tenaga Ahli Advisory Implementasi Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Provinsi Jawa Barat dan Tenaga Ahli SSK Kabupaten Bogor.
Menurut Haris Sunandar Saputra, acara tersebut dilakukan guna melakukan survei partisipatif ke masyarakat untuk mendapatkan data terkait dengan kondisi di lapangan, khususnya kondisi seperti sanitasi, kebersihan dan lingkungan.
“Studi EHRA ini dalam rangka kita melakukan survei partisipatif ke masyarakat untuk mendapatkan data ilmiah dan faktual tentang layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kabupaten/kota. Itu semuanya ada di masyarakat dan yang paling terasa di masyarakat Kabupaten Bogor, masyarakat kecil, mulai dari keluarga, meliputi limbah cair domestik, persampahan, dan drainase lingkungan serta perilaku higienis dan sanitasi, dan kondisi wilayah di sekitarnya,” ujarnya.
Kabid IPW juga menjelaskan benang merah sanitasi masyarakat Kabupaten Bogor ialah yang berkaitan dengan air dan tanah, sebab ia menduga masih ada masyarakat yang Buang Air Bersih Besar Sembarang (BABS).
“Sanitasi itu berkaitan dengan masalah air dan masalah tanah, kadang-kadang kalau kita bicara perilaku masyarakat dengan sanitasi pertama BABS, kadang-kadang bisa dikorelasikan dengan perilaku dan pendidikan masyarakat, banyak sekali masyarakat di kabupaten Bogor masih melakukan perilaku seperti itu,” paparnya.
Hal tersebut tentunya menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi pihaknya.
Dengan adanya acara tersebut pihaknya ingin melakukan survei apa yang sebenarnya menjadi masalah di lingkungan masyarakat Kabupaten Bogor. Di tingkat kabupaten/kota hasil survey Studi EHRA dapat dimanfaatkan sebagai salah satu Strategi Sanitasi Kabupaten/kota (SSK).
“Nah kami coba dengan studi EHRA ini apa yang menjadi masalahnya masyarakat berperilaku tersebut. Apa memang karena perilaku atau ketidaktersediaannya insfratruktur,” ungkapnya.
Guna tersalurkannya berbagai macam pembahasan di studi tersebut, maka pihak Bappedalitbang turut mengundang perwakilan dari berbagi kecamatan dan puskesmas yang ada di Kabupaten Bogor.
“Karena studi EHRA ini kenapa kita mengundang dari kecamatan maupun desa karena lingkungan yang paling kecil ialah keluarga, karena keluarga bagian dari masyarakat desa dan kecamatan. Kemudian kenapa kita panggil puskesmas, karena puskesmas itu merupakan fasilitas pemerintah dari sektor kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat,” ungkapnya.
Dengan diadakannya studi tersebut ia berharap pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan masyarakat dapat membuat perubahan serta menjawab permasalahan yang ada di lingkungan masyarakat.
“Harapannya bahwa rekan-rekan yang hadir pada studi kali ini, bisa menginfluens masyarakat melalui kecamatan, desa dan puskesmas guna mengubah perilaku kurang baik dari masyarakat, pertama dari diri sendiri kemudian ke masyarakat, yang kedua bisa memetakan wilayah-wilayah mana dari Kabupaten yang sekiranya dari sisi Insfratruktur bisa kita bantu,” Pungkasnya.