Surabaya, Kabarxxi.com – Kasus pemerkosaan kembali terjadi dan dialami oleh salah satu siswi kelas 7 SMP Negeri di Surabaya. Tak hanya diperkosa, barang dan uang korban juga dirampas lalu diturunkan di pinggir jalan saat malam hari.
Kejadian terjadi pada Jumat (28/4), korban yang masih berusia 13 tahun itu mengenal korban melalui media sosial Instagram dan beralih ke WhatsApp hingga pada pertemuan. Pada Jumat lalu, korban diajak pelaku ke Tretes dengan alibi jalan-jalan.
Namun bukan pulang dengan rasa gembira, tetapi trauma dan sakit secara fisik. Sebab, ia perkosa sebanyak tiga kali di bawah ancaman akan dilukai jika tak menuruti pelaku.
Tak hanya diperkosa, ponsel milik korban dan uang sebanyak Rp 100 ribu juga dirampas. Kemudian, pada pukul 20.00 WIB korban diturunkan dan ditinggalkan ke pinggir Jalan Margomulyo seorang diri.
Karena takut, syok dan kesakitan, korban lantas meminjam HP orang sekitar di Jalan Margomulyo untuk menelepon keluarganya. Tak lama, ayahnya langsung bergegas menyusulnya.
Keesokan harinya atau Sabtu (29/4) korban beserta keluarga melaporkan kasus pemerkosaan, pencurian dan penyiksaan yang menimpa anaknya ke Polda Jatim. Di hari yang sama, korban juga melakukan visum di RS Bhayangkara.
Kasus ini pertama kali ditemukan oleh Anggota Komisi A DPRD Surabaya Imam Syafi’i. Sebab ia mendapat pengaduan langsung dari orang tua korban. Ia lantas telah mendatangi kediaman korban dan menghubungi pihak Polda Jatim.
“Kalau pertama sampai hamil diminumi minuman keras, kalau yang ini belum tahu hamil atau tidak. Tapi yang jelas, dia katanya mengaku sampai tiga kali sampai wanitanya berdarah-darah. Ini syok dan terpukul anaknya. Saya tadi kontak Polda Jatim, pelakunya belum tertangkap dan sedang disanggong. Mudah-mudahan segera tertangkap,” kata Imam, Selasa (2/5/2023).
Imam mengatakan, saat ini kondisi korban masih termenung dan syok. Oleh karena itu, ia ingin membantu memberikan pendampingan psikologi trauma pascakejadian.
“Kalau dibuka (kronologi) agak kencang takutnya dia baca dan tidak mau sekolah. Kalau tadi saya rasa dia tetap sekolah, karena ndak ada orang yang tahu. Saya memang tidak mengejar sampai di situ, karena kasihan anaknya. Dipaksa, diancam dia. Diancam mau disakiti,” jelasnya.
Untuk pendampingan psikologis dari pemkot juga masih belum dilakukan. Namun ia mendapat informasi, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi telah meminta Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-P2KB) untuk mendatangi rumah korban.
“Kemarin sih belum (pendampingan psikologi), saya ke sana datang dan banyak termenung, kalau tanya detail takut membuka lukanya dia. Saya mendengar Pak Wali dan semalam Kepala DP3A atas perintah Pak Wali sudah datang ke rumahnya dan koordinasi dengan PPA Polda Jatim,” ujarnya.
Sementara Kepala DP3A-P2KB Surabaya Ida Widayati mengatakan, pihaknya belum melakukan pendampingan psikologi. Akan dilakukan usai mendapatkan data dari Polda Jatim.
“Besok kami baru dapat data dari Polda. Setelah itu kami pendampingan dan intervensi yang lain,” kata Ida.