Jatim, Kabarxxi.com – Beberapa wilayah di Jawa Timur (Jatim) dilanda wabah kencing tikus atau Leptospirosis, termasuk di Kabupaten Pacitan dengan 133 orang terkonfirmasi positif dan enam orang meninggal dunia (MD).
Mengenai hal ini, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, dr. Erwin Astha, telah memerintahkan Dinas Kesehatan di setiap kabupaten/kota untuk melakukan surveilans agar penanganannya dapat dilakukan secara komprehensif.
“Yang paling rentan terjangkit adalah tenaga kerja pengangkut sampah lalu petani. Yang seringkali, kakinya luka-luka dan itu punya kontribusi untuk tertular leptospirosis,” ujar Erwin kepada wartawan di Grahadi, Senin (6/3/2023).
Meskipun terdapat banyak kasus di Kabupaten Pacitan, Erwin dan pihak otoritas setempat belum memutuskan untuk mengubah status wilayah tersebut menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
Namun, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) yang menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap leptospirosis dan prioritas langkah surveilans.
Kepala Dinas Kesehatan Jatim juga mengatakan bahwa sekitar 90 persen kasus leptospirosis di Jatim hanya menunjukkan gejala ringan. Namun, 10 persen sisanya mengalami gejala yang lebih parah dan memerlukan perawatan di rumah sakit.
“Yang 90 persen itu penangannya cukup di level Puskesmas. Cukup dengan antibiotik amoxicillin dan ampicillin,” jelas Erwin.
Gejala orang yang terinfeksi leptospirosis termasuk gangguan kencing, saluran pernapasan, dan keluhan kuning pada bagian tubuh tertentu, menurut Erwin.
Dia menambahkan bahwa penanganan wabah kencing tikus ini memerlukan keterlibatan aktif dari masyarakat, terutama dalam menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Selain itu, Dinas Kesehatan Jatim juga akan mengumpulkan Dinas Kesehatan dari kabupaten/kota untuk bekerja lebih ekstra agar wabah ini dapat dicegah dan angka kasusnya dapat ditekan. Selain itu, Kementerian Kesehatan juga akan dilibatkan dalam menangani kasus ini.
“Kasus ini juga melanda wilayah lain, seperti Pasuruan dan Probolinggo,” ucap Erwin.